Sabtu, 23 Juni 2012

Gunung Kabentonu 2886 mdpl (Sebelas Hari Mengarungi Kerasnya Belantara Peg.Karuoe)

Gunung Kabentonu 2866 mdpl
Gunung Kabentonu 2866 mdpl adalah salah satu gunung yang berada pada deretan Peg.Karoue yang terletak di dekat perbatasan Provinsi Sulawesi Selatan dengan Sulawesi Tengah, Puncak Gunung  Kabentonu berada pada koordinat 2°22’45.72” LS dan 120°31’6.11”BT,  jika kita ingin ke puncak Gunung  Kabentonu kita harus melewati Puncak Balease dan dan Puncak Toelangi terlebih dahulu, Puncak Gunung   Kabentonu sangat jarang di gapai oleh pendaki. Entah siapa saja yang pernah menginjakkan kaki di sana.
Puncak Kabentonu berupa areal datar yang ditumbuhi oleh pohon-pohon kerdil dan ditandai oleh sebuah pohon besar yang lapuk.Terdapat sebuah Prasasti yang dipasang oleh KPA GARIS Palopo pada tahun 2012.

Hal menarik yang di temukan yaitu di laluinya sebuah telaga kecil yang di bernama Danau Karoue (diambil dari nama pegunungan tempat dia berada), tetapi jika ingin menggapai puncaknya kami prediksi sekitar 10-15 hari PP, (dari Start Poin Perjalanan)

Catatan Perjalanan:
Liburan semester segera tiba , setelah kurang lebih enam bulan kita bergelut dengan buku-buku pelajaran dan tugas-tugas sekolah kini tiba saatnya saya berhenti sejenak dan menikmati liburan untuk menyegarkan pikiran yang rasanya sangat penat , kepala saya rasanya terasa berat karena pikiran-pikiran terhadap aktivitas sekolah yang sangat padat.
Seperti rencana saya sebelumnya bahwa jika kondisi kesehatan saya fit , saya akan mengikuti salah satu kegiatan di alam bebas dan pilihan saya jatuh kepada EKSPEDISI TOBAKU yang di adakan oleh kelompok Pencinta Alam GARIS Palopo. Tanggal 7 Januari 2012 setelah siangnya saya terlebih dahulu jalan-jalan ke pantai Akkarena , sepulang dari pantai saya langsung packing (berkemas).Satu persatu perlengkapan pendakian gunung ku masukkan kedalam ransel yang akan saya bawa. Tepat pikul 20.30 malam saya berangkat dari Makassar menuju Palopo . Pagi harinya saya sampai di Palopo dan di jemput oleh Ayyung Garis ,seorang teman saya di KPA GARIS yang sudah sejak lama saya kenal baik , saya langsung di antar ke sekretariatnya untuk beristirahat . Waktu selama satu hari lebih di sekretariat kami habiskan dengan bercengkrama berbagi cerita pengalaman selama menggeluti dunia petualangan. Sambil beristirahat di sekretariat  kami mempersiapkan segala perlengkapan untuk ekspedisi.
Keesokan harinya tepatnya tanggal 9 Januari 2012 setelah anggota team EXPEDISI TOBAKU telah ditetapkan, team Expedisi kali ini hanya terdiri atas 3 orang personil yaitu Hamka GARIS (Leader), Bejo Garis dan Anchi JELATANG (saya sendiri), kami pun berkeliling kota Palopo untuk berbelanja logistik dan kebutuhan pendakian . Setelah belanja kami langsung packing dan mandi.
Sekitar jam 2. Kami langsung meluncur ke Bone-bone menumpangi sebuah mobil Kijang , peserta ekspedisi kali ini hanya tiga orang yaitu saya sendiri , Bejo’ Garis , dan Hamka Garis sebagai Leader. Kurang lebih 2 jam perjalanan kami akhirnya sampai di Bone-bone , kami langsung menuju rumah Bapak Nasaruddin selaku kepala dusun Karangan , Desa Bantimurung Kec.Bone-bone , Luwu Utara. Beliau juga adalah juru kunci Peg.Karaoue. Rumah Pak .Nas merupakan Basecamp pendaki , setiap pendaki yang ingin mendaki ke Buyu Tolangi dan Buyu Balease maupun Buyu Kabentonu selalu singgah terlebih dahulu di rumah pak Nas.Di rumah pak Nas kami bertemu dengan 4 orang pendaki dari Kendari mereka baru saja melakukan pendakian selama 11 hari ke Buyu Toelangi dan Buyu Balease. Malam harinya kami berbagi cerita dengan pendaki-pendaki kendari ini beserta dengan pak Nas , setelah bercerita kami kemudian beristirahat untuk memulihkan tenaga untuk pendakian besok.
  • Hari Pertama
Pagi yang indah menyambut kami pada hari Selasa tanggal 10 Jan 2012 , setelah bangun pagi kami langsung packing lalu berpamitan kepada Pak Nas tanpa sarapan pagi kami memulai pendakian. Trek awal perjalanan adalah berjalan kaki melewati jalan setapak melalui persawahan dengan beberapa kali melakukan penyeberangan basah di beberapa sungai yang melintasi jalur sejauh kurang lebih 5 Km ini. Setelah berjalan selama satu setengah jam kami pun sampai di Air Terjun Bantimurung .Air terjun dengan ketinggian 10 meter ini merupakan pintu rimba Peg.Karoue , air terjun ini sering dikunjungi oleh warga sekitar untuk berekreasi apalagi saat musim libur , kami sempat beristirahat sejenak di sini sambil menghabiskan kue bolu yang kami beli di perkampungan saat berangkat.
Setelah semuanya siap kami langsung memulai pendakian, selepas air terjun kami langsung disambut dengan tanjakan terjal yang kemiringanya ± 75  ͦ- 85  ͦ. Tanjakan ini sangat panjang sehingga sangat sangat menguras tenaga , keringat menetes dengan derasnya dari tubuh saya . Menjelang siang kami singgah untuk memasak terlebih dahulu di tengah-tengah kebun coklat milik warga . Di sini kami memasak memanfaatkan air genangan , Setelah makan siang sekaligus sarapan kami langsung melanjutkan perjalanan . Jalur curam masih menjadi santapan utama kami , setelah jam menunjukkan pukul 14.00 kami sampai di punggungan pertama di mana terdapat banyak tampungan air dalam botol oleh para pendaki sebelumnya , Disini kami mendirikan tenda untuk camp di hari pertama.
  • Hari Kedua
          Pagi yang indah datang menyambut , setelah berkemas-kemas , tepat jam 08.25 kami kembali melanjutkan perjalanan menuju target kami hari ini yaitu pos IV. Jalur yang kami lewati dihiasi tanjakan-tanjakan curam sambil sesekali bonus atau jalur landai , menuju pos 4 kami melewati jalur yang ditumbuhi banyak rotan , jalur ini dijuluki ladang rotan oleh para pendaki . Duri-duri rotan sering kali membuat kerel tersangkut bahkan merobek kulit . Perih rasanya , namun  kami terus melangkah . Sabetan duri rotan tak kami pedulikan lagi. Pukul 11.40 kami sampai di camp itink. Camp merupakan sebuah area datar berukuran 5 x 5 m2 dan terdapat sebuah sungai kecil berair sangat jernih , nama itink sendiri merupakan nama dari salah seorang anggota KPA AKAR Palopo yang telah meninggal . Disini kami memasak lalu makan siang dan kembali melanjutkan perjalanan . Sekitar pukul 17.00 kami belum sampai ke pos 4 namun kami memutuskan untuk mendirikan tenda karena Bejo’ sudah sangat letih dan kami harus beristirahat agar besok dapat melanjutkan perjalanan . Sumber air di Camp 2 ini merupakan genangan air dan airnya berwarna jingga . Malamnya kami lalui dengan cerita-cerita yang sering kali membuat kami tertawa terbahak memecah keheningan rimba belantara.
           

  • Hari Ketiga
          Kicauan burung membangunkan aku dari tidur nyenyak ku. Kami pun segera packing dan sarapan . Setelah semuanya beres pada jam 08.25 kami melanjutkan perjalanan menuju pos 5 , pos 5 adalah target kami untuk hari ini. Jam 09.10 kami tiba di pos 4 dan langsung melanjutkan perjalanan . Selepas pos 4 jalur yang kami lalui merupakan jalur punggungan berlumut , dari beberapa titik tersaji panorama indah Peg.Karaoue. Jam 11.40 kami berhenti untuk masak dan makan siang di salah satu punggungan . Sebelum mencapai pos 5 jalur yang kami lalui berupa pendakian terjal , tepat pukul 15.15 saya sampai di pos 5 di ikuti oleh Hamka dan Bejo’. Beberapa saat kemudian kami langsung mendirikan tenda. Area pos 5 berupa tanah datar berukuran 2 x 2 m dan sumber air di sini hanya dari botol-botol dan jerigen yang di pasang pendaki sebelumnya jadi kami harus hemat air . Malamnya kami bercerita lalu makan malam dan tidur .

  • Hari Keempat
          Pagi cerah menyambut kami di hari keempat ini setelah packing dan sarapan kami langsung melanjutkan perjalanan . Jalur menuju puncak Toelangi 3016 mdpl berupa tanjakan curam dengan kemiringan 75-80 derajat , bahkan sesekali harus merayap melewati akar pohon yang berlumut dan licin . Pukul 10.15 kami akhirnya menggapai puncak pertama kami , Puncak Toelangi 3016 Mdpl. Disini kami memasak dan makan siang. Karena pada saat itu adalah hari Jumat , kami berhenti cukup lama untuk menunggu waktu shalat selesai. Namun menjelang jam 1 siang hujan pun datang , kami berteduh di bawah flysheet (ponco). Setelah mempertimbangkan bahwa kami tidak bisa lagi mencapai target kami hari ini yaitu Puncak Balease , dan jika lanjut kami pasti akan camp di lembah dan jika hujan  di lembah akan banjir sehingga air dapat menggenangi tenda . Jika kami paksakan lanjut dari lembah ke puncak Balease akan sangat menguras tenaga.
          Setelah hujan redah kami pun mendirikan tenda di Puncak Toelangi . Puncak Toelangi berupa area datar yang cukup luas bisa menampung sekitar 4-5 tenda dan terdapat sumber air  berupa air tampungan dalam botol-botol yang dipasang oleh pendaki sebelumnya . Puncak Buyu Toelangi 3016 Mdpl di tandai oleh sebuah trianggulasi setinggi 50 cm dari susunan batu para pendaki. Malam harinya kami membuat stringline dari tali dan bungkus mie instan , stringline ini rencananya akan kami pasang pada saat membuka jalur ke Puncak Kabentonu 2866 Mdpl , waktu luang ini juga kami manfaatkan untuk membaca peta dan memikirkan cara-cara yang harus kami tempuh ke Kabentonu. Setelah makan malam kami pun beristirahat di tengah dinginya malam

  • Hari Kelima
          Pagi harinya aku tebangungkan oleh cahaya silau dari tenda yang berwarna kuning , aku langsung berdoa lalu keluar menikmati suasana sunrise (matahari terbit).Pemandangan pagi hari dar puncak Toelangi begitu indah dari sini kita dapat melihat Teluk Bone , Kota Palopo dan beberapa daerah lainya di Luwu , dari sini juga kita dapat melihat sebagian kecil daratan di provinsi Sulawesi Tenggara yang di tandai dengan deretan Peg.Mekongga . Kami pun tak menyia-nyiakan momen ini untuk berfoto-foto
          Setelah sarapan dan packing kami pun melanjutkan perjalanan menuju Lembah Waru. Kami sampai di lembah Waru Pukul 10.14. Lembah Waru adalah sebuah areal datar berukuran ½ lapangan bola dan pada saat curah hujan tinggi area ini tergenang air hingga membentuk telaga. Nama Waru sendiri adalah nama seorang anggota KPA AKAR yang sudah meninggal .Di sini kami mengisi wadah air kami hingga penuh lalu melanjutkan perjalanan.
          Jalur dari lembah Waru menuju puncak Balease merupakan jalur yang paling unik dan indah yang tidak bisa di lupakan oleh orang-orang yang pernah ke Balease. Sejauh mata memandang hanya lumut yang terlihat membalut akar-akar dan batang pohon. Wilayah ini di kenal sebagai “negeri lumut”oleh para pendaki. Jalur yang silih berganti antara pendakian dan turunan serta sesekali merayap terasa tidak berarti lagi untuk menguras tenaga karena keindahan negeri lumut. Pukul 12.30 kami akhirnya mencapai puncak kedua , puncak Balease 2894 Mdpl. Sementara memasak untuk makan siang kami berfoto-foto . Setelah makan siang dan berkemas kami pun  mulai menjalani jalur baru yang sangat asing bagi kami yaitu jalur yang menuju puncak Kabentonu .
Jalur awal Kabentonu dari Puncak Balease

Rapatnya Belantara Karoue

          Awal perjalanan kami masih mulus , kami terus berjalan menyisir punggungan , mengikuti stringline yang ada . Namun sesekali kami harus berpencar untuk mencari stringline apabila strangline terputus . Sekitar pukul 17.00 kami sampai di hutan lumut tepat di bawah punggungan setelah kami menuruni jalur dengan kemiringan 70-80 derajat, di sini kami cukup lama berputar-putar karena kami tidak menemukan lanjutan dari stringline sebelumnya . Tak lama kemudian hujan pun datang , kami pun memutuskan untuk mendirikan tenda di tempat yang sebenarnya sangat tidak strategis(tidak layak) karena hanya ¾ bagian tenda yang rapat di tanah . Malam itu kami lalui dengan rasa capek yang mulai menggerogoti  , di perparah dengan posisi tidur yang tidak enak karena miring . Setelah makan malam kami pun tertidur pulas .



  • Hari Keenam
Danau Karoue
          Kicauan burung dan bunyi gemericik air yang jatuh dari daun-daun membuat aku terjaga dari tidurku , seperti biasa aku bangun paling awal .Setelah sarapan dan packing kami mulai berjalan lagi , pagi itu kami start agak lambat yaitu jam 09.00 mungkin karena suasana dingin dan sebagian besar barang kami basah kuyup . Kami kembali mencari jalur yang kemarin , tidak lama kemudian kami menemukanya , kami terus berjalan mengikuti string yang sering terputus sehingga menyebabkan kami melenceng . Jika melenceng kami kembali lagi . Pukul 11 kami tiba di suatu areal lembah yang terdapat genangan air , inilah lembah pertama yang kami lihat sejak dari Balease , di sini kami memasak dan makan siang . Namun alangkah kecewanya kami ketika kami mengecek wadah air kami , kantong air bocor , botol kehilangan tutupnya , gelas tinggal satu. Itu semakin parah kondisinya . Setelah makan kami kembali melanjutkan perjalanan , sekitar 30 meter kami menemui sebuah sungai kecil kemudian menanjak dan turun , setelah penurunan kami mendapati sebuah telaga yang cukup luas di sebelah kanan jalur . Selepas dari telaga jalur semakin menanjak dan tidak jelas , jalur ini sangat tertutup sehingga kami harus berusaha keras membukanya . Sialnya hujan mulai datang , setelah melewati jalur yang sangat sulit ini kami akhirnya sampai di punggungan hujan dan badai menghantam kami , kami berteduh di bawah bentangan fly-sheet selama 1 jam . Setelah hujan agak redah , kami segera mencari tempat untuk mendirikan  tenda karena waktu sudah menunjukan pukul 16.30 . Malam harinya kami lalui seperti biasa dalam kedinginan namun tetap diselingi dengan canda tawa .

  • Hari Ketujuh
          Desiran angin pegunungan diiringi cahaya kekuningan dari sang surya membangunkan aku pagi itu . Sayapun tak melewatkan kesempatan itu untuk menikmati pemandangan matahari terbit nan indah sambil berfoto-foto. Barang-barang yang basah saya jemur , tanpa buang waktu kami langsung berkemas dan sarapan lalu melanjutkan perjalanan pada pukul 08.32. Kami terus berjalan menyusuri punggungan yang jalurnya harus kami buka kembali , menjelang siang kami melihat puncak agak tinggi , menurut perkiraan kami itu puncak yang kami tuju . Kami terus berjalan membuka jalur melewati punggungan yang di penuhi tumbuhan kerdil dan pakis yang sangat menyulitkan . Namun alangkah kagetnya kami ketika kami sampai di puncak , ternyata masih ada puncak yang lebih tinggi di depan kami , karena waktu sudah menunjukan pukul 13.50 kami berhenti untuk makan siang . Setelah makan kami berjalan selama setengah jam namun hujan datang menghantam , kami pun memutuskan untuk mendirikan tenda . Dari tempat ini terlihat puncak yang tinggi sekitar 2 punggungan dari tempat kami , menurut perkiraan itulah puncak Kabentonu . Malam harinya tidur saya kurang pulas karena kaki saya sakit , mungkin karena sudah 7 hari jalan .
Punggungan Menuju Puncak Kabentonu

Jalur Kabentonu


  • Hari Kedelapan
          Cuaca cerah menyambut pagi yang indah , tanpa berlama-lama kami langsung memasak dan sarapan , lalu packing dan melanjutkan perjalanan . Kami terus berjalan sambil membuka jalur menyisir punggungan , sesekali kami tersenyum jika menemukan string berupa tebasan pohon. Setelah berjalan selama 2 jam kami sampai di puncak yang terdapat pohon besar. Namun kami terkejut karena di arah barat masih ada puncak yang lebih tinggi , masih ada 2 punggungan kesana , kami pun berdiskusi sejenak lalu memutuskan untuk meninggalkan kerel kami . Kami sepakat jika saja puncak yang terlihat masih belum merupakan puncak Kabentonu maka kami akan kembali . Kami pun segera berjalan melalui punggungan dengan hanya membawa parang dan tas kecil (ring bag). Kira-kira setengah jam kami tiba di puncak tersebut . Kami segera berpencar untuk mencari Tranggulasi batu seperti yang di infokan pendaki dari Makassar , namun setelah beberapa kali mengitari puncak kami tak menemukan adanya trianggulasi.
Puncak Kabentonu 2866 Mdpl

Bukti Pendakian Team KORPALA UNHAS(2004)

Bukti Pendakian Team KORPALA UNHAS(2004) di samping prasasti KPA GARIS

Peserta EXP TOBAKU
          Saat itu kami hampir frustasi , kami pun duduk-duduk lalu berbincang-bincang , tanpa sengaja mata saya tertuju pada sebuah botol air mineral yang sangat usang , Hamka pun mengambilnya dan terdapat sebuah tulisan tangan . Kami segera membuka dan membacanya , ternyata itu adalah sebuah prasasti berupa kertas yang di tinggalkan oleh 3 orang anggota KORPALA UNHAS pada tahun 2004 ,8 tahun yang lalu. Serempak kami langsung sujud syukur dan kami yakin benar inilah puncak Kabentonu 2866 Mdpl . Setelah itu kami membersihkan area puncak dan memasang prasasti lalu mengambil dokumentasi kemudian kembali ke tempat kami meninggalkan kerel kami sebelumnya.Hari itu kami kembali ke camp 6 untuk ngecamp kembali.
  • Hari Kesembilan
          Suasana pagi bekabut menyambut kami di hari kesembilan Expedisi TOBAKU ini.Setelah packing kami langsung start dari camp 8 ini pada pukul 8.42. Kami sampai di danau pada pukul 9.00 dan langsung melanjutkan perjalanan kembali ke Puncak Balease 2894 mdpl. Pukul 11.40 kami kembali sampai di Puncak Balease, di sini kami memasak dan makan siang. Setelah makan siang kami langsung melanjutkan perjalanan ke Lembah Waru
( Camp 9).Kami tiba di Lembah War pada pukul 15.00. Setelah mendirikan tenda kami bercerita-cerita sore itu, sambil mengkhayalkan makanan-makanan enak di kota sana. Maklum persediaan logistic kami mulai menipis, sehingga sejak dari camp 8 kami hanya makan nasi pada malam harinya, untuk pagi dan siang hari kami hanya makan mie instan dan ikan sardine.hahaha..LAPAR rasanya..Cuaca di Lembah Waru malam itu rasanya sangat dingin, selama perjalanan di EXP TOBAKU inilah cuaca yang terdingin yang pernah ku rasakan. Setelah bahan cerita habis kami pun tertidur.
  • Hari Kesepuluh
Suara Anoa membangunkan kami pagi itu. Suasana pagi yang sangat dingin. Setelah sarapan dan Packing kami langsung melanjutkan perjalanan pada pukul 9.05. Pukul  11.05 kami sampai kembali di puncak Toelangi 3016 mdpl. Kami langsung melanjutkan perjalanan ke pos 4 untuk ngecamp. Kami tiba ti pos 4 (camp 10) pada pukul 16.16.
  • Hari Kesebelas
          Keesokan pagi kami langsung packing dan melanjutkan perjalanan pada pukul 8.15. Pada pukul 11.51 siang kami berhenti untuk masak dan makan siang di camp 1. Setelah itu kami langsung melanjutkan perjalanan menuju air terjun. Tepat pukul 14.45 kami sampai di air terjun Bantimurung. Kami langsung menuju ke perkampungan, kami sampai di rumahnya Pak Nas pada pukul 15.15. Di sini kami langsung melapor dan mandi di parit(irigasi warga) yang berada tepat depan rumah Pak Nas. Maklm kai sudah 11 hari ngak pernah mandi..hahahaha..,Setelah mandi dan packing kami bepamitan pada Pak Nas sekeluarga dan langsung menuju ke Kota Palopo.
          Itulah segumpal cerita pengalaman kami saat menggapai 3 puncak Tersulit Sulawesi yang terletak di Peg.Karoue. Semoga bermanfaat bagi pembaca.
Stringline
Saran:
  • Pintu rimba terletak di air terjun Desa Bantimurung, Bone-bone, Luwu Utara,Sulsel
  • Mempunyai juru kunci bernama Pak Nasaruddin
  • Usahakan membawa liader yang pernah kesana
  • Jangan berharap ada porter yang mau membawa barang, karna penduduk tak satupun pernah ke puncak
  • Masing-masing membawa kantung air
  • Suplay air hanya ada di air terjun, kali kecil antara pos 2 dan 3 (kalau ada) , tampungan air yang ada di camp dan lembah waruh,
  • Jangan sekali-kali berangkat tanpa ijin Pak Nas
  • Jangan naik apabilah ada pendaki yang baru saja dari atas gunung (otomatis suplay air telah habis atau berkurang)
  • Usahakan kantung air selaluh penuh dan usahakan hemat air selama perjalanan
  • Usahakan masaknya malam hari agar pada pagi hari langsung jalan (apabila mengejar target)
  • Perhatikan string dan tanda jalan,
  • Jangan sekali-kali bermalam di air terjun ???? (menurut analisa kami)
  • Jangan menegur apabila melihat atau mendengar yang aneh-aneh
  • Hati-hati terhadap rotan, pacet, pada saat tiarap dan melewati akar
  • Tak perlu ijin khusus cukup melapor di Pak Desa setempat

Thanks To:

  • Tuhan Yang Maha Kuasa
  • Ayyung Garis dan teman-teman KPA GARIS PALOPO
  • Pak Nas sekeluarga
  • Warga Bone-Bone
  • Supir yang telah mengantar kami
  • Seluruh teman dan keluarga atas restu dan doanya.
  • Peg.Karoue atas segala pesona dan keindahannya.