Minggu, 30 Oktober 2011

Gunung Bawakaraeng 2830 Mdpl (Meniti Puncak Kemuliaan Mulut Dewa)




Gunung Bawakaraeng  2830 Mdpl merupakan gunung yang berada dalam gugusan pegunungan Lompobattang.Nama Bawakaraengcsendiri berasal dari dua kata (bahasa Makassar) yaitu Bawa yang berarti mulut dan Karaeng yang berarti Dewa. Jadi Bawakaraeng berarti “Mulut Dewa”. 



Secara geografis Gunung Bawakaraeng terletak pada koordinat 119°56’37” BT dan 05°19’02” LS dan secara administratif terletak dalam wilayah Dusun Lembanna Desa Bulu’ Tana, Kec. Tinggi Moncong(Malino), Kab.Gowa.



Pada pendakian kali ini kami berjumlah 6 orang yaitu, Anchi JELATANG(Saya sendiri), Ivan JELATANG, One’ Sospear, Abu MDN, Rhido Mahadarma Nusantara, dan Bahar MDN. Kami berangkat dari Makassar selepas magrib pada hari Kamis 6 Oktober 2011 dengan 2 tim yang terpisah kami baru bertemu dengan Ivan dan One’ di Kota Malino. Sekitar jam 9 malam kami tiba di Kota Malino dan langsung melanjutkan perjalanan menuju Dusun Lembanna yang kami tempuh kira-kira 30 menit. Setelah beberapa saat kai pun sampai di Dusun Lembanna kami langsung menuju ke rumah Tata Rasyid (Sang Juru Kunci Bawakaraeng), Dusun Lembanna sendiri terletak pada ketinggian ± 1500 Mdpl. Memang pada umumnya orang yang mau mendaki di Bawakaraeng melapor terlebih dahulu kepada Tata Rasyid. Rumah Tata Rasyid ini memeng sudah sejak lama dijadikan Basecamp bagi para pendaki. Di sini kami bertemu dengan lima orang anggota Mapala CAKRABUANA UMI yang baru saja melaksanakan lintas dari Gunung Lompobattang ke Bawakaraeng. Setelah memasak dan Makan malam kami berbagi cerita sejenak lalu hawa dingin Lembanna dan rasa capek karena perjalanan dari Makassar memaksa kami satu persatu untuk masuk ke dalam sleeping bag.hehehhehe
With Tata Rasyid
Subuh tanggal 7/10/2011 kala itu hawa dingin dan kokok ayam dari Rumah Warga disertai kumandang adzan Subuh dari mesjid di Lembanna membangunkan aku dari tidur pulasku.
pagi it saya yang bangun paling duluan di antara teman-teman. Tanpa membuang waktu saya langsung memasak untuk sarapan. Sehingga pada saat teman-teman terbangun kami tinggal membuat kopi hangat lalu sarapan. Setelah sarapan kami berpamitan kepada Tata dan istrinya serta teman-teman dari Cakrabuana lalu memulai pendakaian.


Lembanna-Pos 1

Awal pendakial menuju pos 1 dimulai dengan menyusuri jalan beraspal , melintasi kebun warga kemdian kami memasuki pintu rimba Bawakaraeng yang berupa batas antara kebun warga dengan hutan pinus. Jalur selanjutnya berupa jalan setapak yang sedikit basah diguyur hujan semalam, dalam perjalanan menuju pos 1 terdapat banyak parit kecil yang merupakan sumber irigasi untuk kebun Wargadi lembanana. Setelah berjalan sekitar 30 menit kami pun sampai di pos 1 yang berupa tanah datar dan ditandai dengan sebatang pohon yang lurus dan tidak terlalu besar.
Start Dari Lembanna  
Menuju Pos 1
Pos 1
















Pos 1-Pos 2

Setelah berfoto 2-3 kali jempretan kami langsung melanjutkan perjalanan menuju pos 2. Jalur menuju pos 2 breupa trek datar yang sesekali diselingi tanjakan ringan. Sepanjang jalur ditumbuhi oleh tubuhan yang berupa tanaman perdu dan menghasilan buah sepeti tomat, tapi ukuran buahnya lebih kecil (sebesar kelereng). 
Buah Semacam Tomat


Sebelum sampai pos 2 kami sempat dipusingkan dengan salah satu percabangan yang mirip dengan pos 2. Karena memang di pos 2 terdapat percabangan yaitu belok kiri menuju puncak dan jalur kanan menuju Lembah Ramma. Akhirnya kami memutuskan untuk belok kanan lalu sebagian dari kami berjalan lebih dahulu untuk mengecek jalur (intersection), setelah beberapa saat kami mendengar teriakan dari teman bahwa jalur kami sudah benar, ternyata pos 2 ada di depan. Setelah beberapa saat akhirnya kami sampai di pos 2. Wilayah pos 2 ditandai dengan batu besar dan di sini terdapat percabangan jalur, belok kanan menuju Ramma dan kiri jalur ke puncak.
Pos 2



Pos 2- Pos 3

Setelah istirahat sejenak kami melanjutkan perjalanan ke pos 3. Jalur menuju pos 3 berupa trek landai yang ditumbuhi rerumputan dan semak yang rimbun sehingga sedikit mengganggu pergerakan.Setelah berjalan ± 45 menit kami akhirnya sampai di pos 3. Pos 3 berupa pohon besar yang terdapat di dekatnya terdapat sungai kecil yang kering. Di musim hujan sungai di kecil ini terdapat air.
pos 3


Pos 3- Pos 4 dan 5

Pos 5

Dari pos 3 jalur mulai sedikit menanjak dengan kemiringan 45°-60°. Dalam perjalanan kami bertemu dengan warga yang baru saja turun dari puncak.
Memang di gunung Bawakaraeng sering dijadikan tempat ritual dari Masyarakat Gowa tertentu serta masyarakat dari daerah lain (bahkan ada yang dari luar Sulsel) terutam di Bulan Haji. Mereka mempercayai bahwa naik Haji di Bawakaraeng sama halnya dengan Berhaji di Mekkah.
Dan setelah berjalan ± 2 jam kami akhirnya sampai di pos 5. Pos 5 berupa areal datar yang biasa digunakan para pendaki untuk bermalam. Di sini terdapat sumber air berupa sungai kecil di sebelah kiri menurun yang berjarak sekitar 200 m dari pos 5.Kedatangan kami disambut dengan gerimis jam kala itu menunjukkan pukul 12.00. Di pos 5 kami memasak dan makan siang. Di sini kami tidak langgsung lanjut karena kami menunggu sampai waktu sholat Jumat selesai.

Pos 5- Pos 6

Jalur ke pos 6

Jalur menuju pos 6

pos 6


Saat jam menunjukkan pukul 13.30 yang menurut perkiraan kami bahwa waktu sholat telah selesai kami mulai packing lalu melanjutkan perjalanan ke pos 6. Jalur menuju pos 6 semakin menanjak dan terdapat banyak pohon tumbang sehinnga sesekali kami harus merayap di bawah pohon-pohon tumbang atau melompat melangkahi pohon-pohon tumbang tersebut. Pohon-pohon tumbang ini merupakan bekas kebakaran hutan yang terjadi beberapa tahun silam.
Setelah berjalan ± 1 jam kami akhirnya sampai di pos 6. Di pos 6 ini perubahan vegetasi mulai terlihat. Vegetasi di po 6 berupa hutan lebat.

Pos 6 – Pos 7

Pos 7

Selepas pos 6 jalur didominasi tanjakan terjal dengan kemiringan hingga 80°. Mendekati pos 7 pada ketingian 2710 jenis vegetasinya mulai berubah. Setelah berjalan sekitar 2 jam akhirnya kami sampai di pos 7  yang dikenal juga sebagai puncak bayangan. Jika tidak berkabut pemandangan di sini sangat indah. Setelah beristirahat sejenak sambil berfoto-foto kami langsung melanjutkan perjalanan karena kami kuatir berlama-lam di pos 7. Soalnya kata mereka yang sering mendaki di sini serim terjadi badai disertai petir.



Pos 7- Pos 8
Jalur menuju pos 8

Pos 8


Selepas pos 7 jalur berupa turunan terjal menyambut kami. Menurut cerita, sebelum longsor tahun 2003 di antara pos 7 ke pos 8 ini terdapat savana yang luas, tapi sekarang kita tidak bisa mendapatkannya lagi karena sudah terbawa longsor. Sepanjang jalur terdapat banyak pohon tumbangyang agak menyulitkan karena kami harus merayap-rayap di antara pohon tumbang ini. Di antara jalur ini juga terdapat in memoriam dari pendaki yang meninggal dalam perjalanan. Selepas turunan terjal kami mendapati sebuah sungai kecil yang kering. Jalur kemudian menanjak terjal, di sini stamina kami mulai drop sehingga kami berjalan sangat lambat. Setelah berjalan sekitar 1,5 jam akhirnya kami sampai di pos 8 yang juga dikenal dengan nama Telaga Bidadari. Sebenarnya yang ada di sini bukan telaga tetapi sungai kecil yang terdapat banyak cekungan yang menampung genangan-genangan air. Pos ini juga sering dijadikan tempat camp bagi pendaki sebelum summit attack.

Pos 8 – Camp Bawakaraeng
Sebelum pos 9

Mengintip di padang Edelweis

Selepas pos 8 jalur terus menanjak tanpa ada turunan lagi, kemiringan jalur mencapai 80°.
Setelah melewati padang edelweis kami akhirnya tiba di pos 9, tapi kami terus berjalan karena dari pos 9 ini puncak masih jauh. Sialnya di pos 9 kami lupa mengisi botol-botol kami, padahal di sinilah sumber air terakhir sebelum puncak.Dari pos 9 kami kembali melewati hamparan edelweis yang memanjakan mata. Sepanjang perjalanan pemandangan indah terhampar. Hati ini mengguman “sungguh agung karya Sang Pencipta” Sekitar pukul 18.00 kami tiba di camp terakhir dan tanpa membuang waktu kami langsung mencari tempat yang ideal untuk mendirikan tenda dan langsung membangun tenda.

Menikmati malam Tanpa Kopi

Setelah tenda berdiri kami langsung memasak dengan menghemat air, mengingat persediaan air kami kira –kira tinggal 2,5 liter.Karena kami lupa mengisi botol kami di pos 9 tadi.Sementara kami memasak, Bahar, One dan Abu pergi ke telaga(sebuah lubang yang sebenarnya lebh mirip sungai dan terletak 30 meter di bawah puncak) untuk mengecek keberadaan air. Mereka kembali dengan tangan hampa karena yang ada di telaga saat itu tinggal air keruh yang jumlahnya tidak sampai 0,5 liter. Akhirnya malam itu kami hanya memasak ikan kaleng sebagai lauk(tanpa air) dan air yang tinggal sedikit kami gunakan untuk masak. Untuk tambahan mengganjal perut kami makan makanan ringan yang kami bawa.
Malam ini kami lalaui dengan sangat janggal karena kami tidak bisa membuat kopi maupun susu berhubung air kami sudah habis.
Sebelum tidur saya dan Bahar kembali naik ke sumur dan menyaring air keruh tadi dan kami mendapatkan kira-kira 0,5 liter saja. Kami pun mulai menerapakan berbderapa teknik survival di antaranya dengan memanfaatkan kain yang dibasahi oleh embun kala itu. Dan juga teknik pemanfaatan proses pengaupan daun di malam hari. Kami berharap bisa mendapatkan sedikit air di pagi hari.
Coba Survival

Malampun semakin jauh melarut hingga akhirnya rasa kantuk dan capek menuntuk kami satu persatu ke dalam balutan sleeping bag di tengah dinginnya hawa Bawakaraeng.

Summit Attack

Sunrise in Bawakaraeng

At Summit

we Are

sunrise in Summit


Teriakan One yang terdengar dari luar tenda menghentak aku untuk langsung terbangun dari tidur ku. Saya, One dan Ivan langsung berlari menuju puncak yang hanya berjarak kira-kira 70 m dari tempat camp. Bahar dan Rhido menyusul kami beberapa saat kemudian, sementara Abu tinggal di Tenda karena kakinya sakit dan susah digerakkan.
Setelah tiba di puncak tak lupa kami berdoa terlebih dahulu, mengucap syukur karena telah mencapai puncak dengan selamat. Tanpa melewatkan momen sunrise yang indah kami langsung berfoto-foto dan mengibarkan bendera. Pemandangan dari puncak kala itu sangat eksotis. Di sebelah utara terhampar dataran tinggi Sulawesi Selatan, di sebelah Barat Tampak pemandangan Kota Makassar dari kejauhan, di sebelah timur berupa pemandangan laut dan di sebelah selatan tampak jejeran pegunungan Lompobattang. Tidak salah jika puncak Bawakaraeng dikategorikan sebagai salah satu puncak terindah di Sulawesi.
Setelah puas berfoto-foto kami kembali ke camp dan sarapan dengan biskuit dan sedikit susu kental. Kami langsung packing untuk persiapan turun tak lupa kami membersihkan sampah-sampah yang berserakan di sekitar camp.
Salah satu kejanggalan yang ada yakni banyaknya samph yang berserakan, hati ini sangat miris memandangi ulah-ulah orang yang tidak bertanggung jawab tersebut. Tapi apa daya, mungkin butuh waktu berhari-hari plus tenaga lebih untuk membersihkan sampah-sampah tersebut. 
Pencinta alam sejati (pungut Sampah )

Terpaksa kami hanya membereskan sebisa yang kami mampu. Sebelum turun kami kembali naik ke puncak dan kali ini Abu sudah merasa lebih baik sehingga ia ikut naik juga.










Perjalanan Pulang
Siap Turun

Sekitar pukul 9 lewat kami meninggalkan tempat camp dan turun kembali. Sesampai di pos 9 kami memasak dan makan besar-besaran di sini untuk mengurangi ransum yang kami bawa agar kami tidak terlalu terbebani. Karena kami beristirahat cukup lama di pos 9, sehingga kami meninggalkan pos ini saat jam telah menunjukkan pukul 12.30. Sepanjang perjalanan kami lalui dengan semangat untuk segera sampai di Lembanna. Di pos 7 kami kembali berpapasan dengan beberapa pendaki yang juga berasal dai Makassar.
Menjelang magrib kami tiba kembali di Lembanna. Puji Syukur kembali saya gumamkan dalam hati. Kami langsung menuju rumah Tata Rasyid. Setelah mandi kami berpamitan kepada Tata lalu pulang kembali ke Makassar. Kami meninggalkan Lembanna saat pada jam 7 malam itu, tak lupa kami singgah di Malino untuk makan coto..
Jam 11 malam kami akhirnya sampai dengan selamat di Makassar.

Itulah segumpal cerita perjalanan kami saat meniti Puncak Mulut Dewa, Gunung Bawakaraeng.

Thanks to:

  •  Tuhan Maha Esa
  •  Tata Rasyid sekeluarga
  • Warga Desa Lembanna.
  • Teman-teman atas Segala Doa dan dukungannya.
  • Gunung Bawakaraeng atas segala keindahannya.... 
  • Teman-Teman CAKRABUANA