Jumat, 12 Agustus 2011

Gunung Rantemario Latimojong 3478 Mdpl


 Gunung Rantemario Latimojong 3478 mdpl merupakan puncak tertinggi di Pulau Sulawesi dan merupakan bagian dari deretan Pegunungan Latimojong. Pegunungan Latimojong sendiri memiliki lebih dari 12 puncak, namun hanya 12 puncak yang terkenal dan memiliki ketinggian lebih dari 2000 mdpl, satu di antaranya adalah puncak Rantemario ini.



Secara geografis Gunung Rantemario terletak pada 120°1’32’’ BT dan 03°23’11’’ LS dan secara administratif terletak dalam wilayah Dusun Karangan, Desa Buntu Mondong, Kecamatan Buntu Batu(Pemekaran dari Kecamatan Baraka) Kab.Enrekang.
Perjalanan kami ke Gunung Rantemario dimulai dari kota Makassar.Peserta pendakian kali ini adalah Anchi Pe’Tong(saya sendiri), Ifan dan Tian Dari Unhas.Kami berangkat dari makssar Selasa 19 Juli 20011 malam dengan mobil panther yang akan mengantarkan kami ke Baraka.
Pagi harinya kami disambut oleh pemandangan ekstotis kabupaten Enrekang dengan jejeran pegunungan yang berdiri kokoh. Tidak lama kemudian kami sampai di Baraka, kemudian kami istirahat sejenak di rumah omnya Ifan.

Baraka-Rantelemo(20 juli 2011)

Sambil istirahat sejenak di Baraka,kami bercerita dengan omnya Ifan seputar pendakian ke Pegunungan Latimojaong.Namun,sialnya waktuitu sedang ada perbaikan jalan di daerah Pasongken(sebuah daerah yang dilalui mobil yang akan ke Dusun Karangan/kampong terakhir). Kami pun memutuskan untuk jalan kaki ke Passongken siapa tau nanti di sana kami bias dapat mobil.kami naik ojek ke Desa Pasui’ yang berjarak kurang lebih 7 km dari Pasar Baraka’ dengan tarif ojek Rp 15.000,-. Sesampai di Pasui’ kami kemudian melapor keKantor desa , lalu melanjutkan perjalanan.
Jembatan Pasui' 
Jalur menuju Dusun Rantelemo
Setelah melewati  jembatan di Pasui’ jalan beton menajak menyambut kami yang berjalan tertatih-tatihdi siang bolong,kamiterus berjalan hingga sampai di Gura,setelah istirahat sejenakkami kembalimelanjutkan perjalanan kePasongken. Dalam Hati kecil ini terus bertanya-tanya “kapan kami bias sampai di Karangan…?”. Kurang lebih pukul 13.30 kami sampai di titik perbaikan jalan di Pasongken.Memang di sini kami menjumpai mobil hartop yang akan ke Dusun Angin-Angin,tapi supirnya akan menginap semalam di sini dan akan kembali ke Angin-Angin besoknya.Setelah memasak dan makan siang di Pasongken kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Rantelemo.Sambil sesekali bertanya kepada penduduk yang kami jumpai di sepanjang jalan tentangseberapa jauh lagi jarak yang harus kami tempuh. Sepanjang penjalanan rasa lelah kami sedikit terobati dengan panorama alam yang menakjubkan, sehingga sesekali kami beristirahatsambil berfoto-foto. Sesampai di pertigaan Angin-angin dan Rantelemo kami menghabiskan sisa-sisa dari 2 botol Pepsi yang kami bawa dari Baraka, waktu pada saat itu menunjukkan pukul 17.30. Tidak lama kemudian suara adzan magrib dari mesjid Dusun Rantelemo menyambut kedatangan kami di Rantelemo. Puji Tuhan,seteleh berjalan kaki seharian menempuh jarak kurang lebih 25 km akhirnya kami sampai di Rantelemo.
Di Rantelemo kami bertemu dengan 5 orang pendaki lain yang sudah turun. Awalnya kami berencana untuk melanjutkan perjalanan ke Dusun Karangan malam itu juga agar besoknya kami bisa langsung memulai pendakian. Tapi hujan dating mengguyur beberapa saat. Kami pun memutuskan untuk menginap di Rantelemo malam itu. Kami menginap di rumah warga.Malamnya kami berbagi cerita dengan para pendaki yang berasal dari Palopo dan Sengkang tersebut. Setelah makan malam sejenak kami pun istirahat dan tertdur dengan pulas setelah lelah berjalan jauh seharian.


Rantelemo-Karangan

Pagi menyingsing,kokokayam membangunkan kami pagi iu tanggal 21/07-2011.
Kami pun segera sarapan dan packing kemudian pamit kepada tuan rumah dan teman-teman pendaki yang menginap bersama kami semalam. Bapak Raniitulah nama pendudukDusun Rantelemo yang rumahnya kami tempati menginap semalam. Kami mendapat pesan-pesan sebelum mendaki, maklumlah karena kami baru pertama mendaki. Kami pun melanjutkan perjalananan ke Dusun Karangan yang berjarak kira-kira 5 km dari Rantelemo. Sesampai di Karangan kami langsung melapor dan mengisi buku tamukemudian memulai pendakian.
 Dusun Karangan

Karangan-Pos 1

Setelah mendapat sedikit petunjuk dari penduduk tempat kami melapor tadi. Kami kemudian memulai pendakian menujuju pos 1 yang diawali dengan melewati perkebunan kopi milik penduduk.  Jalur menuju pos 1 terdapat banyak pecabangan yang merupakan jalur pemburu dan penebang kayu. Mendekati pos 1 kami disambut oleh tanjakan terjal dengan kemiringan ± 80°.Namun hati ini mulai miriss melihat ulah penduduk yang membakar hutan dengan area semakin luas untuk berkebun kopi. Setelah berjalan ± 30 menit dari Karangan akhirnya kami sampai di pos 1 yangdikenal dengan nama Buntu Kaciling. Dari sini pemandangan sangat indah. Pos 1 ini sendiri berada pada ketinggian 1600 mdpl yang berupa areal terbuka berukuran 4 m2.  Setelah berfoto- foto kami kemudian melanjutkan perjalanan ke pos 2.
 Pos 1

Pos 1- Pos 2

Jalur menuju pos 2 kembali menanjak  kemudian akan menurun mendekati pos 2.Di tengan perjalanan menuju pos 2 kami bertemu dengan beberapa pendaki dari MAPAGAMA UGM Jogja yang diantar oleh seorang anggota KORPALA UNHAS. Di jalur menurun menuju pos 2 yang sesekali dirintangi pohon tumbangsaya mempercepat langkah kaki saya. Setelah 1 jam lebih akhirnya saya sampai di pos 2, yang disusul dengan Ifan danTian yang sampai beberapa menit kemudian. Pos 2 ini juga dikenal dengan nama Goa Sarung Pak-pak yang berada pada ketinggian 1800 Mdpl. Di pos 2 kami kembali bertemu dengan 4 orang teman pendaki dari Makassar, kami pun memasak dan makan siang di sini, karena di sini terdapat sumber air  yang sangat jernih dan juga sangat dingin yang berasal dari sungai yang alirannya cukup besar. Disini juga terdapat sebuah batu besar yang menyerupai sebuah Goa dan dibawahnyalah kami menginap. Pada saat jam menunjukkan pukul 14.30 hujan gerimis dating mengguyur.Kami pun  memutuskan untuk bermalam di pos 2 karena kami tidak mungkin menginap di pos 5 karena menurut informasi yang kami dengar sumber air di pos 5 berjarak cukup jauh dan tidak mungkin lagi kami bisa mengejar target untuk sampai di pos 7sebelum malam.
 Pos 2

Pos 2-pos 3

Keesokan harinya kami melenjutkan perjalanan ke pos 3. Menuju pos 3 kami disambut dengan tanjakan terjal dengan kemiringan ± 70-80°. Jalur ini merupakan jalur terberat dari pendakian ke puncak Rantemario.Setelah beberapasaat kamipun sampai di pos 3 yang juga bernama Lantang Nase. Pos 3 ini sendiri berupa areal datar berukuran 5 m2 yang tidak memiliki sumber air dan berada pada ketinggian 1940 Mdpl.



  Tracking To pos 3
Pos 3



Pos 3- Pos 4

Selepas pos 3  jalurmasih menanjak dan melwati hutan yang cukup lembab. Kemiringan 50-60 derajat dan jalurlandaisesekali menghiasi posini. Kamiterus mendaki sambil sesekali bercanda. Setelah beberapa saat kami pun sampai di pos 4 yangberupa areal teduh ditumbuhi pohon-pohon yang rimbun. Posini juga biasa disebut Buntu Lebu.





Pos 4- Pos 5

Menuju pos 5 kondisi jalur tidak banyak berubah, tanjakan dan tanjakan terjal masih mendominasi jalur ini. Perjalanan menujupos 5 semakin menantang dengan jalur yang sedikit licin karena ditumbuhi lumut. Setelah beberapa saat akhirnya kami tiba di pos 5 yang ditandai dengan areal yang luas dan dikelilingi pohon-pohon dan berada pada ketinggian ± 2800 Mdpl. Pos 5 ini juga dikenal dengan nama Solo’ Tama dan berada di sisi sebuah punggungan Saya dan One SOSPEAR kemudian pergi mengambil air ke sungai yang berjarak ± 150 m turun ke lembah sebelah kiri  kami pun ngopi dan beristrahat sejenak di pos ini.


Pos 5- Pos 6

Setelah israhat kami pun melanjutkan perjalanan ke pos 6. Hawa dingin pegunungan latimojong mulai menusuk pada rangkaian perjalanan menuju pos 6. Jalur menuju pos ini didomonasi oleh tanjakan dengan kemiringan antara 50-60 derajat. Setelah beberapa saat akhirnya kami sampai di pos 6. Sambil menunggu temandari belakang kami menikmati sebungkus mie instan mentah.
 Pos 6

Pos 6-Pos 7

Kami pun melanjutkan perjalanan menuju pos 7. Selepas pos 6  vegetasi tumbuhan mulai berubah. Pepohonan Sub Alpin yang kerdil mulai mendominasi jalur ini. Jalur menuju pos 7 berupa tanjakan melewati beberapa bukit kecil dengan sesekali jalur landai yang menghiasi rute ini.Pada lintasan ini kami disuguhi pemandangan yang sangat menakjubkan. Sambil sesekali menjepretkan kamera kami terus berjalan menuju pos 7. Beberapa saat kemudian kami pun sampai di pos 7 yang juga dikenal dengan nama Kolong Buntu. Pos 7 ini berupa area tebuka yang berada pada ketinggian 3100 mdpl. Di pos ini terdapat sumber air dari aliran sebuah sungai kecil yang teletak 10 meter dari pos ini. Kami langsung mendirikan tenda kemudian memasak.
Malam harinya suhu begitu dingin.Setelah makan malam kami pun beristirahat.
Panorama pos 7

pos 7
mau goreng ikan asin

makan bersama

Sun set di pos 7
Menikmati Panorama Peg.Latimojong



Pos 7 – Pos 8 (puncak Rantemario)

Pagi harinya kabut tebal terus mengurung kami di pos 7. Kami pun melakukan summit attack namun sebelum mencapai puncak kami memutuskan untuk turun lagi ke pos 7 menunggu cuaca membaik. Pada saat pukul 11 kami kembali melakukan summit attack, kabut dan angin terus menyelimuti kami yang melangkah terseok-seok. Jalur menuju puncak berupa tanjakan terjal berbatu dihiasi jalur landai sesekali.setelah beberapa saat kami sampai di lapangan.Daerah ini berupa area datar yang luas dan terdapat perempatan jalur. Ke  arah kiri menuju puncak Rantemario, ke ujung kanan 30° menuju  Puncak Nenemori 3397 Mdpl, ke kanan 60° menuju kota Palopo dan arah jalur dari pos 7.Di musim hujan area lapangan ini tergenang air menyerupai telaga, sehingga kalangan pendaki sering menyebutnya danau-danau. Tempat ini sering dijadikan tempat upacara kemerdekaan RI setiap tanggal 17 Agustus.
Selepas dari lapangan Jalur menuju Rantemario akan bercabang yaitu ke kiri adalah jalur normal dan ke kanan adalah jalur memotong namun akan bertemu kembali saat mendekati puncak.
Setelah beberapa saat kami pun sampai di atap Sulawesi tersebut luapan kegembiraan langsung saya ekspresikan dengan memeluk Triangulasi yang tingginya 150 cm.Triangulasi ini dibuat oleh mapala 45 Makassar. Di atas sebuah batu besar. Puncak Rantemario berupa area luas yang terbuka .Pada saat itu puncak tertutup kabut sehingga tidak ada pemandaangan yang terlihat dari puncak. Setelah berfoto-foto kami kembali turun karena cuaca sangat dingin meskipun pada saat itu siang hari.
Summit

Stand at Summit

Puncak Rantemario Latimojong 3478 Mdpl

Puncak



Malam itu kami menginap lagi di pos 7 sambil menunggu cuaca membaik.Karena pada saat itu kami berencana lanjut ke Puncak Nenemori.  Kami kembali bertemu dengan pendaki dari IPAWAGAMA Samarinda.Tapi keesokan harinya kabut masih tetap menyelimuti sehingga kami memutuskan untuk turun.
Dalam perjalanan turun kami sesekali 






















Atap Celebes














memingut buah kalpatu yang jatuh.Pada saat magrib kami sampai di Dusun Karangan kemudian menginap satu malam di sini.

Meninggalkan Dusun Karangan
Mandi di Rantelemo setelah 3 hari ndak mandi


Saat-saat terakhir sebelum meninggalkan Rantelemo





Petik salak di Baraka'





Keesokan harinya kami langsung menuju Rantelemo,dan di Rantelemo kami menunggu mobil sampai magrib.
Menjelang magrib mobil pun dating dan mobil ini mengantarkan kami ke Pasongken.jalur yang dilalui merupakan jalur off-road. Dari Pasongken kami naik truk ke Baraka dan singgah makan bakso di Pasui’. Kami sampai di Baraka pada saat tengah malam dan menginap kembali di rumah omnya Ifan.
keesokan harinya kami pergi memetik salak kemudian kembali ke Makassar pada malam harinya.

Itulah segumpal cerita pengalaman kami mendaki ke Atap Sulawesi,ssemoga dapat bermanfaat untuk kita sekalian.

Thanks to ;
-Tuhan Yang Maha Esa
-Pegunungan Latimojong atas segala keindahannya
-Seluruh warga Dusun Rantelemo dan Dusun Karangan serta warga Enrekang yang Ramah-ramah
-Teman-teman pendaki dari ALTAR,SOSPEAR,KORPALA,IPAWAGAMA dan MAESTRO UNM.
-Om Rompon(omnya Ifan) di Baraka
-beberapa Supir yang mengantarkan kami